Ayo Bantu Dora
Dora adalah mahasiswi semester 6 di Sumbar, mengidap sakit keringat darah, mengeluarkan darah di kepala dan bagian tubuh lainnya. Blog ini adalah wadah Gerakan Ayo Bantu Dora untuk bantu biaya selama pengobatan dan upaya meraih cita-cita kemandiriannya.
Thursday, June 16, 2011
Informasi Perkembangan Dora
a. Rabu, 15 Juni 2011, Dora baru saja selesai dicabut gigi gerahamnya, karena keberadaan letak gigi gerahamnya yang tidak sesuai posisinya. Jika Dora mengalami sakit kepala, akan mengakibatkan syaraf di gigi geraham meradang.
b. Rabu, 15 Juni 2011, seluruh rambut Dora dicukur untuk proses CT Scan serta untuk menghindari infeksi dan melihat titik-titik keluarnya darah.
Direncanakan hari ini, Kamis, 16 Juni 2011, hasil CT scan muka dan teropong hidung akan keluar karena Dora juga diduga mengalami sinusitis.
Demikian sekilas informasi yang dapat kami sampaikan. Semoga bermanfaat.
Thursday, June 9, 2011
Beban Hidup Membuat Dora “Berkeringat Darah”
Namun begitu, Dora tetap menggantungkan cita-citanya setinggi langit. Dia tetap kuliah di Fakultas Hukum, Universitas Swasta Bung Hatta, Padang, kini Semester VI. Harapannya untuk menjadi pengacara tetap dijunjungnya setinggi langit.
Tapi konsekuensi hidup yang harus dia lalui sangatlah pahit. Setumpuk beban hidup terasa berat ditanggung oleh gadis yang ditinggal wafat oleh ibu kandungnya sejak 5 tahun lalu ini. Sejak kematian ibunya, sang ayah memilih hidup wanita lain dan pindah ke Provinsi Riau. Beratnya beban yang ditanggung Dora, membuat dia “berkeringat darah”.
Sehari-hari, Dora bekerja sebagai tukang ojek di Bandara Minangkabau, Ketaping, Pariaman, Sumatera Barat. Pekerjaan ini dia lakoni sebelum atau sepulang kuliah. Jika dia kuliah pagi, siang sampai malam Dora ngojek. Begitu juga jika kuliah siang, pagi dan malamnya Dora membanting tulang mengumpulkan rupiah.
Profesi ini pula yang membuat Dora memotong rambutnya agar tampak seperti laki-laki, agar dia aman dalam menjalan kerjanya sebagai tukang ojek. “Saya takut kalau saya ketahuan sebagai perempuan saya diganggu oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab,” cerita Dora di atas ambulans LKC Dompet Dhuafa dalam perjalanan dari Bandara Soekarno-Hatta menuju RSCM, Jakarta kemarin Rabu (8/6).
Tidak hanya menjadi tukang ojek, dia pun kerja sampingan sebagai buruh bangunan, satpam di PLTG Pauh dan cleaning service di PLTG Pauh. Begitulah Dora yang teguh dengan nasibnya. Dia terus berupaya dan berkerja keras demi kelangsungan hidupnya dan adik-adiknya. “Asal halal. Sejak 2006, saya hanya tidur dua jam sehari,” ujarnya.
Berkeringat darah
Sejak dua tahun yang lalu, Dora merasakan keanehan pada dirinya. Dari pori-pori kepalanya keluar darah seperti keringat. Awalnya dia mengabaikan kondisi itu, tapi lama-lama kondisi itu membuatnya lemas. Dia sudah berobat ke beberapa rumah sakit dan ikut terapi Ruqyah Asy-Syar’iyyah, namun tak sembuh-sembuh juga.
Sejak dua pekan lalu darah itu tidak saja keluar dari pori-pori kepala, tapi juga dari hidung dan telinganya. Ketika dia BAB pun darah itu mengucur. “Kalau saya kepanasan dan tegang karena ada masalah, darah makin banyak keluar,” ujar Dora.
Karena darah yang terus mengucur itu, Dora berobat ke RS M. Djamil Padang dan dirawat sejak dua pekan lalu. Untuk mempercepat masa penyembuhannya, pihak rumah sakit pun telah mengirim sampel darahnya ke Jakarta untuk menjalani tes Antinuclear Antibody (ANA).
Setelah mendapat hasil dari RSCM Jakarta, akhirnya Pihak RS M Jamil Padang memutuskan merujuk Dora ke RSCM Jakarta. Dompet Dhuafa melalui cabang Dompet Dhuafa Singgalang, Padang, mendapat kepercayaan untuk mengurus keberangkatan Dora ke Jakarta dan membantu biaya perawatan Dora selama berobat di Jakarta.[maifil]
LKC Dompet Dhuafa Dampingi Pasien ‘Keringat Darah’ ke RSCM
CIPUTAT- Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Dompet Dhuafa (LKC-DD) akan mendampingi perawatan pasien Dora Indrayanti Tri Murni, 25, gadis penderita penyakit langka, keringat darah yang ke luar dari pori-pori kepala. Ia dirujuk untuk perawatan lebih lanjut ke RSCM Jakarta dari RS M Jamil Padang.
Mahasiswi Semester VI Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta (UBH) Padang telah dua minggu dirawat RS M. Jamil Padang karena darah segar yang selalu keluar di pori-pori kepalanya.
Kondisi demikian telah dua tahun dialaminya. Namun, selama ini dia tetap tangguh dalam menjalani aktivitas seperti biasa. Kuliah dan bekerja diparuh waktu.
Orang tuanya tak lagi bersamanya, sehingga beban biaya kedua adiknya, menjadi tanggungannya. Ibunya meninggal lima tahun yang lalu, sedangkan Ayahnya telah menikahi perempuan lain dan hidup di Kota Dumai, Riau sejak 5 tahun yang lalu. Dora sendiri bersama dua adiknya menetap di rumah kontrakan di Gadut, Padang..
Ayahnya bernama Indra, mantan anggota TNI. Saat tugas di Medan pada 2004, dia mengundurkan diri dari kesatuan. Setahun setelah itu, dia juga menerima kenyataan pahit, istri meninggal karena penyakit yang konon katanya akibat disantet.
Sehabis tamat SMA tahun 2004, dia mulai melepaskan diri dari kungkungan keluarga menuju kemandirian.Pascakematian Ibunya, dan bapaknya menikah lagi, Dora memilih untuk membanting hidup di Kota Padang. Dia sadar menjadi anak pertama adalah amanah, apalagi selepas orangtuanya tak lagi bersamanya.
Makanya, dia mengajak kedua adiknya, Dosi, 22, dan Doni, 16 untuk tinggal bersamanya.
Segudang beban enam tahun terakhir ini dilakoni dengan bekerja serabutan seperti, buruh bangunan, satpam di PLTG Pauh, tukang ojek, dan cleaning service di PLTG Pauh.
“Asal halal. Dan sejak 2006, saya hanya tidur dua jam sehari,” ujar Dora seperti dikutip dari Media Indonesia.
Meski demikian, dia tetap menyimpan hasrat besar untuk menjadi seorang pengacara. Maka, tahun 2008, Dora mendaftarkan diri menjadi mahasiswa Fakultas Hukum UBH. Kuliah di perguruan tinggi swasta jelas biaya pasti besar. Hal inilah yang menyulut Dora untuk bekerja lebih keras.
Tapi cita-citanya menjadi sedikit ganjalan karena penyakitnya, Dora terbaring lemas di RS M Djamil. Untuk mempercepat masa penyembuhannya, pihak rumah sakit pun telah mengirim sampel darahnya ke Jakarta untuk menjalani tes Antinuclear Antibody (ANA).
Setelah mendapat hasil dari RSCM Jakarta, akhirnya diputuskan Pihak RS M Jamil Padang merujuk Dora ke RSCM Jakarta. Untuk perawatan Dora ke Jakarta, dipercayakan kepada Dompet Dhuafa Singgalang Padang untuk mengurusnya.
“Dompet Dhuafa Singgalang pun berkoordinasi dengan LKC Dompet Dhuafa dan Dompet Dhuafa Pusat guna mendampingi perawatan Dora selama di Jakarta,” kata Musfi Yendra, Branch Manager Dompet Dhuafa Singgalang Padang.
Dora diberangkatkan dari Bandara Minangkabau Padang dengan pesawat Lion, 8.40 WIB didamping Humas RS M. Jamil, dr. Rudi dan Perawat Alfitri dan sesampai di Bandara Soeta di Jakarta, Dora bersama rombongan akan diangkut Ambulance LKC Dompet Dhuafa menuju RSCM.
Dora, Pasien Keringat Darah Dirujuk ke RSCM Jakarta
Demikian disampaikan Kepala Instalasi Humas dan Pengaduan Masyarakat RS M Djamil Padang, Gustafianof, kepada detikcom melalu telepon, Minggu (5/6/2011). Menurutnya, ada beberapa pemeriksaan yang harus dilakukan di Jakarta untuk mendalami penyakit Dora dan akan membutuhkan waktu lama bila ia dirawat di Padang.
“Kita sebenarnya memiliki cukup tenaga ahli namun memiliki keterbatasan di peralatan medis yang dibutuhkan. Harapan kita, paling lambat Rabu depan Dora sudah dapat dibawa ke Jakarta,” ujar Gustafianof.
Dikatakan Gustafianof, saat ini pihaknya sedang mempersiapkan beberapa hal untuk membantu kelancaran pengobatan Dora di Jakarta, termasuk soal biaya pengobatan yang diperkirakan akan menghabiskan biaya besar.
“Kita sudah kontak dengan sejumlah donatur, termasuk dengan Dompet Dhuafa yang sudah menyatakan kesediannya untuk membantu. Selain itu, kita juga mengupayakan agar Dora secepatnya mendapat layanan Jamkesmas atau Jamkesda,” terangnya.
Lebih lanjut Gustafianof mengatakan, untuk biaya pengobatan Dora selama dua pekan lebih dirawat di RS M. Djamil, pihaknya dibantu oleh sejumlah donatur. Bantuan antara lain datang dari Badan Pengelola Zakat Daerah (Bazda), Walikota Padang Fauzi Bahar, Rektor Universitas Bung Hatta, dan sejumlah organisasi kemahasiswaan.
Seperti diberitakan, Dora Indriyanti Tri Murni dirawat di RS M Djamil Padang karena menderita penyakit langka, yakni mengeluarkan keringat darah dari pori-pori kepalanya bila ia berpikir terlalu keras. Pada beberapa kasus, gadis cantik berambut cepak yang tercatat sebagai mahasiswa semester VI Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta Padang itu juga mengeluarkan darah dari hidung, mulut dan telinganya.
Sebelum memutuskan untuk merujuk Dora ke RSCM Jakarta, tim dokter RS M Djamil sudah melakukan sejumlah tindakan medis dan serangkaian penelitian untuk mendalami penyakit langka yang diduga sebagai trombopati itu. Hanya saja, sejauh ini tim dokter belum dapat memastikan penyakit apa sebenarnya yang telah diidap oleh Dora selama dua tahun itu.
Selain karena penyakitnya yang langka, Dora mendapat perhatian luas dari publik karena kisah hidupnya yang luar biasa. Perempuan muda yang sudah piatu itu, diketahui pernah menjadi tukang ojek, kuli bangunan, satpam, dan cleaning service untuk membiayai hidup dan pendidikannya. Dora juga bertanggungjawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan dua adiknya.
(yon/gun)
Biaya Pengobatan Dora Ditanggung Dompet Dhuafa
"Masalah pembiayaann yang bertanggung jawab adalah Dompet Dhuafa yang mendapat bantuan dari Pemda Padang, masyarakat Minangkabau dan masyarakat umum yang tersentuh hatinya ketika membaca beritanya di media," kata Humas Dompet Dhuafa, Maafil Eka Putra saat ditemui www.today.co.id, di Jakarta, Rabu (8/6/2011).
Sekadar diketahui, Dora dirujuk ke RSCM setelah RSUP M Djamil tak sanggup merawat mahasiswi Semester VI, Universitas Bung Hatta itu.
Menurut keterangan dari Kepala Humas RSCM, Sjahriati Mahdariani mengatakan Tim dokter belum terbentuk dari RSCM. Karena menurutnya pasien harus diperiksa terlebih dahulu baru bisa ditindaklanjuti.
"Oh belum tim dokter belum terbentuk, karena pasien belum diperiksa," kata Sjahriati saat dihungi wartawan, Jakarta. (ksr/ftr)